adf.ly

Kamis, 31 Mei 2012

mamfaat puasa bagi kesehatan


Berpuasa di bulan Ramadhan bukan hanya menahan lapar dan haus, melainkan juga nafsu. Mengendalikan nafsu itulah yang mungkin sulit, termasuk nafsu untuk makan makanan yang tidak baik bagi tubuh.
Di bulan penuh rahmat ini, umat Islam berpuasa untuk menyucikan diri. Tak hanya penyucian diri dari sisi spiritual, tetapi juga sisi fisik, yaitu membersihkan diri dari berbagai keburukan dan segala penyakit. Untuk penyucian diri dari sisi fisik ini bisa berarti secara harfiah, yaitu membersihkan tubuh dari bahan-bahan sisa dan penyakit pada tubuh.
“Secara praktis, puasa memperbarui kehidupan manusia, yaitu membuang sisa makanan yang telah lama mengendap dan menggantikannya dengan yang baru,” kata Ahli Gizi, Marzuki Iskandar, di Akademi Gizi binaan Kementerian Kesehatan di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dengan berpuasa tanpa makan dan minum sejak subuh hingga maghrib, perut dan alat pencernaan beristirahat.
Meski demikian, proses metabolisme dalam tubuh tetap berjalan untuk mengolah persediaan yang masuk pada saat sahur. Proses itu bertujuan memelihara tubuh di saat berpuasa.
Marzuki, yang juga pengajar di Akademi Gizi ini berpendapat, pengaturan makan saat berpuasa memberikan keuntungan tersendiri. Mereka yang berpuasa hanya boleh makan atau minum di saat berbuka pada waktu maghrib hingga saat sahur dan menjelang subuh (imsak).
Makanan yang masuk pun diatur sehingga pencernaan bisa bekerja kembali dengan baik.
Manfaat pengaturan makan di saat berpuasa, katanya, menghasilkan pertahanan dan perlindungan tubuh. Itu didapatkan melalui proses pembuangan makanan-makanan sisa metabolisme dalam tubuh.
Pengaturan pola makan memberikan nilai tambah lain, yakni membantu mengendalikan nafsu untuk mengonsumsi makanan. Pengendalian nafsu itu sangat penting agar zat-zat yang membahayakan tubuh dalam konsumsi makanan dapat dikendalikan.
Biasanya, kata Marzuki, kalau puasa selalu ada keinginan untuk makan iniitu. Tetapi, itu harus ditahan. Lalu, muncullah `lapar mata’. Apa-apa dimakan, seakan-akan pelampiasan dari lapar di siang hari. “Saya hanya menyampaikan, berbuka puasa itu bukan `balas dendam’. Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik,” papar Marzuki yang akrab disapa Uki.
Kolesterol baik di dalam tubuh atau HDL (high density lipoprotein) bisa meningkat selama berpuasa. Sementara kolesterol jahat atau LDL (low densitu lipoprotein) menurun. Dengan adanya peningkatan HDL dan penurunan LDL, terjadi keseimbangan kolesterol dalam tubuh.
Ini bisa memperbaiki sirkulasi darah ke arteri, nadi, otak, dan jantung. “Dari hasil penelitian membuktikan hal ini.
Karena itu, berpuasa bisa menyeimbangkan kolesterol dan baik bagi mereka yang berpenyakit hipertensi dan masalah kolesterol,” tuturnya.
Keseimbangan kolesterol, Uki berpendapat, bisa meminimalisasi penyumbatan pada arteri jantung (arterosklerosis), membebaskan sumbatan di kardiovaskular lainnya, dan menormalkan sumbatan ke otak. “Yang paling penting adalah manfaatnya dalam mencegah terjadinya stroke.” Bagi mereka yang kegemukan, lanjutnya, berpuasa bisa menjadi ajang untuk menurunkan berat badan ke tingkat yang normal. Kegemukan terjadi, salah satu nya karena makanan yang tidak diproses dengan baik di dalam tubuh dan ditimbun menjadi lemak.
Orang berpuasa memiliki metabolisme tubuh yang lebih baik, yang mampu mengubah kelebihan lemak menjadi energi. “Namun, ini tentu harus dibarengi dengan pola makan dan nutrisi yang sehat.” Bagi mereka yang kurus, berpuasa sangat bermanfaat untuk meningkatkan berat badan. Pengaturan makan dengan nutrisi yang baik dan sehat, ditambah dengan metabolisme yang lancar, bisa memperbaiki kekurangan berat badan yang dialaminya serta meningkatkan penerimaan oksigen secara maksimal,” jelasnya. Tak hanya itu, gerakan shalat juga melambatkan denyut jantung, menurunkan tekanan darah, memperbesar pembuluh nadi jantung, dan meningkatkan kelenturan jantung,” kata Uki.





Peranan puasa menurut para ahli kesehatan/kedokteran


Oleh dr. Abu Hana El-Firdan
Beberapa Ilmuwan telah melakukan beberapa penelitian tentang puasa diantaranya secara ringkas dibawah ini:
1. Allan Cott, M.D., seorang ahli dari Amerika, telah menghimpun hasil pengamatan dan penelitian para ilmuwan berbagai negara, lalu menghimpunnya dalam sebuah buku Why Fast membeberkan berbagai hikmah puasa, antara lain: a. To feel better physically and mentally (merasa lebih baik secara fisik dan mental). b. To look and feel younger (melihat dan merasa lebih muda). c. To clean out the body (membersihkan badan) d. To lower blood pressure and cholesterol levels (menurunkan tekanan darah dan kadar lemak. e. To get more out of sex (lebih mampu mengendalikan seks). f. To let the body health itself (membuat badan sehat dengan sendirinya). g. To relieve tension (mengendorkan ketegangan jiwa). h. To sharp the senses (menajamkan fungsi indrawi). i. To gain control of oneself (memperoleh kemampuan mengendalikan diri sendiri). j. To slow the aging process (memperlambat proses penuaan).
2. Dr. Yuri Nikolayev Direktur bagian diet pada Rumah Sakit Jiwa Moskow menilai kemampuan untuk berpuasa yang mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi awet muda, sebagai suatu penemuan (ilmu) terbesar abad ini. Beliau mengatakan: what do you think is the most important discovery in our time? The radioactive watches? Exocet bombs? In my opinion the bigest discovery of our time is the ability to make onself younger phisically, mentally and spiritually through rational fasting. (Menurut pendapat Anda, apakah penemuan terpenting pada abad ini? Jam radioaktif? Bom exoset? Menurut pendapat saya, penemuan terbesar dalam abad ini ialah kemampuan seseorang membuat dirinya tetap awet muda secara fisik, mental, dan spiritual, melalui puasa yang rasional).
3. Alvenia M. Fulton, Direktur Lembaga Makanan Sehat “Fultonia” di Amerika Serikat menyatakan bahwa puasa adalah cara terbaik untuk memperindah dan mempercantik wanita secara alami. Puasa menghasilkan kelembutan pesona dan daya pikat. Puasa menormalkan fungsi-fungsi kewanitaan dan membentuk kembali keindahan tubuh (fasting is the ladies best beautifier, it brings grace charm and poice, it normalizes female functions and reshapes the body contour).
4. Riyad Albiby and Ahmed Elkadi mengatakan Puasa dapat meningkatkan kekebalan tubuh atau imun system terhadap berbagai penyakit. Ditunjukkan dengan peningkatan fungsi sel limfa yang memproduksi sel limfosit T yang secara significan bertambah, setelah puasa.
5. Sulimami mengatakan bahwa untuk penyakit seperti diabetes sekalipun puasa ramadhan tidak akan berbahaya , malah memberikan banyak manfaat (Sulimami, dll, 1988: 549-552)
6. Jalal Saour berpendapat bahwa berkurangnya cairan pada puasa akan menurunkan heart rate atau kerja jantung, pencegahan terhadap penggumpalan darah yang termasuk penyebab serius panyakit jantung.(Jalal, Riyad,1990)
7. Muzam MG, Ali M.N dan Husain berpendapat  bahwa puasa juga aman untuk pasien yang mempunyai gangguan ulcer pada lambung. Penelitian dilakukan oleh Muzam MG, Ali M.N dan Husain dalam observasi terhadap efek puasa ramadhan terhadap asam lambung.
8. Elson M. Haas M.D. Direktur Medical Centre of Marin (sejak 1984)  mengatakan dalam puasa (cleansing dan detoksifikasi) merupakan bagian dari trilogy nutrisi, balancing, building( toning). Elson percaya bahwa puasa adalah bagian yang hilang “missing link” dalam diet di dunia barat. Kebanyakan orang di barat over eating atau terlalu banyak makan, makan dengan protein yang berlebihan, lemak yang berlebihan pula. Sehingga ia menyarankan agar orang lain mulai mengatur makanannya agar lebih seimbang dan mulai berpuasa, karena puasa bermanfaat sebagai: purifikasi, peremajaan, istirahat pada organ pencernaan, anti aging, mengurangi alergi, mengurangi berat badan, detoksikasi, relaxasi mental dan emosi, perubahan kebiasaan dari kebiasaan makan yang buruk menjadi lebih seimbang dan lebih terkontrol, meningkatkan imunitas tubuh. dan lebih baik lagi bila dalam pengawasan dokter. Puasa dapat mengobati penyakit seperti Influeza, bronkitis, diare, konstipasi, alergi makanan, astma, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, obesitas, kanker, epilepsi, sakit pada punggung, sakit mental, angina pectoris (nyeri dada karena jantung), panas dan insomnia.
9. Dr Sabah al-Baqir dan kawan-kawan mengatakan bahwa Puasa dapat mengurangi jumlah hormon pemicu stress . Dia bersama tim dari Falkutas kedokteran Universitas King Saud.yang melakukan studi terhadap hormon prolaktin, insulin dan kortisol, pada tujuh orang laki-laki yang berpuasa sebagai sampel. Hasilnya bahwa tidak ada perubahan signifikan pada level kortisol. Prolaktin, dan insulin. Ini menunjukkan bahwa puasa bulan ramadhan bukanlah pekerjaan yang memberatkan, dan tidak mengakibatkan tekanan mental maupun saraf. Percobaan ini menunjukan peningkatannya terjadi pada perbedaan waktu saja, bila pada hari tidak puasa prolaktin mengalami kenaikan tertinggi pada jam 16.00. sementara pada bulan Ramadhan mengalami puncaknya pada pukul 21.00 dan menurun lagi sampai batas terendahnya pukul 04.00. Sementara insulin meningkat pada pukul 16.00, sedang pada bulan ramadhan pukul 21.00, menurun sampai batas terendah pukul 16.00. Sedang Kortisol pada hari biasa mencapai puncaknya pukul 09.00, menurun pada pukul 21.00, sementara pada bulan Ramadhan tidak ada perubahan berarti.
10. Dr Ahmad al-Qadhi, Dr. Riyadh al-Bibabi, bersama rekannya di Amerika melakukan uji laboratorium terhadap sejumlah sukarelawan yang berpuasa selama bulan Ramadhan. Hasil penelitian ini menunjukan pengaruh positif puasa yang cukup signifikan terhadap sistem kekebalan tubuh. Indikator fungsional sel-sel getah (lymfocytes) membaik hingga sepuluh kali lipat, walaupun jumlah keseluruhan sel-sel getah bening tidak berubah, namun prosentase jenis getah bening yang bertanggung jawab melindungi tubuh dan melawan berbagai penyakit yaitu sel T mengalami kenaikan yang pesat.
11. Dr Riyadh Sulaiman dan kawan-kawan tahun 1990 dari RS Universitas King Khalid, Riyadh Saudi melakukan penelitian terhadap pengaruh puasa Ramadhan terhadap 47 penderita diabetes jenis kedua (pasien yang tidak tergantung insulin). Dan sejumlah orang sehat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puasa bulan ramadhan tidak menimbulkan penurunan berat badan yang signifikan. Tidak ada pengaruh apapun yang berarti pada kontrol penyakit diabetes diabetes dikalangan penderita ini. Sejauh ini puasa Ramadhan aman saja bagi penderita diabetes sejauh dilakukan dengan kesadaran dan kontrol makanan serta obat-obatan.
12. Dr. Muhammad Munib dan kawan-kawan dari Turki juga melakukan sebuah penelitian terhadap seratus responden muslim, Sampel darah mereka diambil sebelum dan diakhir bulan ramadhan, untuk dilakukan analisis dan pengukuran terhadap kandungan protein , total lemak (total lipid), lemak fosfat, asam lemak bebas, kolesterol, albumin, globulin, gula darah, tryglycerol, dan unsur-unsur pembentuk darah lainnya, dan didapat, antara lain bahwa terjadi penurunan umum pada kadar gula (glukosa) dan tryacyglicerol orang yang berpuasa, terjadinya penurunan parsial dan ringan pada berat badan, tidak terlihat adanya aseton dalam urin, baik dalam awal maupun akhir puasa, sebab sebelum puasa ramadhan, kenyataan ini menegaskan tidak adanya pembentukan zat-zat keton yang berbahaya bagi tubuh selama bulan puasa islam, Dengan keutamaan puasa, glikogen dalam tubuh mengalami peremajaan, memompa gerakan lemak yang tersimpan, sehingga menghasilkan energi yang lebih meningkat.
Sejak zaman dulu puasa dipakai sebagai pengobatan yang terbaik seperti kata Plato bahwa puasa adalah untuk mengobati sakit fisik dan mental. Philippus Paracelsus mengatakan bahwa “Fasting is the greatest remedy the physician within!”
Puasa sudah diakui menjadi penyembuh terhebat dalam menanggulagi penyakit, bahkan di amerika ada pusat puasa yang diberi nama ”Fasting Center International, Inc” ,Director Dennis Paulson yang berdiri sudah sejak 35 tahun yang lalu, dengan pasien dari 220 negara. Yang merekomendasikan Puasa dalam: (1) program penurunan berat badan, (2) mengeluarkan toxin tubuh, (3) puasa dapat memperbaiki energy, kesehatan mental, kesehatan fisik dan yang paling terpenting meningkatkan kualitas hidup

Hubungan antara puasa dan kesehatan mental


Korelasi antara Puasa dengan Kesehatan Mental
Dalam Islam pengembangan kesehatan mental terintegrasi dalam pengembangan pribadi pada umumnya, dalam artian kondisi kejiwaan yang sehat merupakan hasil sampingan (by-product) dari kondisi yang matang secara emosional, intelektual, dan sosial, serta matang keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini tampak sejalan dengan ungkapan lama the man behind the gun, yang menunjukkan bahwa unsur penentu dari segala urusan ternyata adalah unsur manusianya juga, atau dalam tulisan ini lebih tepat diganti menjadi the man behind the system.
Dengan demikian, jelas dalam Islam betapa pentingnya pengembangan pribadi untuk meraih kwalitas insan paripurna, yang otaknya sarat dengan ilmu-ilmu bermanfaat, bersemayam dalam kalbunya iman dan taqwa kepada Tuhan, sikap dan perilakunya meralisasikan nilai-nilai kiislaman  yang mantap dan teguh, wataknya terpuji, dan bimbingannya kepada masyarakat membuahkan keimanan, rasa kesatuan, kemandirian, semangat kerja tinggi, kedamaian dan kasih sayang. Insan demikian pastilah jiwanya sehat.  Suatu tipe manusia ideal dengan kwalitas yang mungkin sulit dicapai, tetapi dapat dihampiri melalui berbagai upaya yang dilakukan secara sadar, aktif, dan terencana.
Ditinjau secara ilmiyah, puasa dapat memberikan kesehatan jasmani maupun ruhani. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan para pakar. Penelitian Nicolayev, seorang guru besar yang bekerja pada lembaga psikiatri Mosow (the Moskow Psychiatric Institute), mencoba menyembuhkan gangguan kejiwaan dengan berpuasa. Dalam usahanya itu, ia menterapi pasien sakit jiwa dengan menggunakan puasa selama 30 hari. Nicolayev mengadakan penelitian eksperimen dengan membagi subjek menjadi dua kelompok sama besar, baik usia maupun berat ringannya penyakit yang diderita. Kelompok pertama diberi pengobatan dengan ramuan obat-obatan. Sedangkan kelompok kedua diperintahkan untuk berpuasa selama 30 hari. Dua kelompom tadi dipantau perkembangan  fisik dan mentalnya dengan tes-tes psikologis. Dari eksperimen tersebut diperoleh hasil yang sangat bagus, yaitu banyak pasien yang tidak bisa disembuhkan dengan terapi medik, ternyata bisa disembuhkan dengan puasa. Selain itu kemungkinan pasien tidak kambuh lagi selama 6 tahun kemudian ternyata tinggi. Lebih dari separoh pasien tetap sehat.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Alan Cott terhadap pasien gangguan jiwa di rumah sakit Grace Square, New York juga menemukan hasil sejalan dengan penelitian Nicolayev. Pasien sakit jiwa ternyata bisa sembuh dengan terapi puasa.
Ditinjau dari segi penyembuhan kecemasan, dilaporkan oleh Alan Cott, bahwa penyakit seperti susah tidur, merasa rendah diri, juga dapat disembuhkan dengan puasa.
Percobaan psikologi membuktikan bahwa puasa mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang. Hal ini dikaitkan dengan prestasi belajarnya. Ternyata orang-orang yang rajin berpuasa dalam tugas-tugas kolektif memperoleh skor jauh lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak berpuasa.
Di samping hasil penelitian di atas, puasa juga memberi pengaruh yang besar bagi penderita gangguan kejiwaan, seperti insomnia, yaitu gangguan mental yang berhubungan dengan tidur. Penderita penyakit ini sukar tidur, namun dengan diberikan cara pengobatan dengan berpuasa, ternyata penyakitnya dapat dikurangi bahkan dapat sembuh.
Dari segi sosial, puasa juga memberikan sumbangan yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari kendala-kendala yang timbul di dunia. Di dunia ini ada ancaman kemiskinan yang melanda dunia ketiga khususnya. Hal ini menimbulkan beban mental bagi sebagian anggota masyarakat di negara-negara yang telah menikmati kemajuan di segala bidang. Menanggapi kemiskinan di dunia ketiga, maka di Amerika muncul gerakanHunger Project. Gerakan ini lebih bersifat sosial, yaitu setiap satu minggu sekali atau satu bulan sekali mereka tidak diperbolehkan makan. Uang yang semestinya digunakan untuk makan tersebut diambil sebagai dana untuk menolong mereka yang miskin (Ancok, 1995:57).
Apabila hal di atas dikaitkan dengan dakwah Islam, maka dengan tujuan amal ibadah, puasa yang kita lakukan mempunyai aspek sosial juga, yaitu selama satu bulan kita menyisihkan uang  yang biasa kita belanjakan pada hal-hal yang kurang bermanfaat, misalnya Rp. 2000,-/hari, maka dalam satu bulan akan terkumpul sebanyak Rp. 60.000,- untuk satu orang. Apabila seluruh umat Islam di Indonesia berpuasa, maka berapa banyak uang yang terkumpul dengan metode ini??? Dan kemudian uang tersebut digunakan untuk santunan sosial.
Ibadah puasa yang dikerjakan bukan karena iman kepada Allah biasanya menjadikan puasa itu hanya akan menyiksa diri saja. Adapun puasa yang dikerjakan sesuai ajaran Islam, akan mendatangkan keuntungan ganda, antara lain: ketenangan jiea, menghilangkan kekusutan pikiran, menghilangkan ketergantungan jasmani dan rohani terhadap kebutuhan-kebutuhan lahiriyah saja.
Menurut Hawari (1995:251), puasa sebagai pengendalian diri (self control). Pengendalian diri adalah salah satu ciri utama bagi jiwa yang sehat. Dan amnakala pengendalian diri seseorang terganggu, maka akan timbul berbagai reaksi patologik (kelainan) baik dalam alam pikiran, perasaan, dan perilaku yang bersangkutan. Reaksi patologik yang muncul tidak saja menimbulkan keluhan subyektif pada diri sendiri, tetapi juga dapat mengganggu lingkungan dan juga orang lain.

Mamfaatnya bangi kesehatan
Kesehatan merupakan nikmat yang tidak dapat dinilai dengan harta benda. Untuk menjaga kesehatan, tubuh perlu diberikan kesempatan untuk istirahat. Puasa, yang mensyaratkan untuk tidak makan, minum, dan melakukan perbuatan-perbuatan lain yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani.
Puasa dapat mencegah penyakit yang timbul karena pola makan yang berlebihan. Makanan yang berlebihan gizi belum tentu baik untuk kesehatan seseorang. Kelebihan gizi atau overnutrisi mengakibatkan kegemukan yang dapat menimbulkan penyakit degeneratif seperti kolesterol dan trigliserida tinggi, jantung koroner, kencing manis (diabetes mellitus), dan lain-lain.
Pengaruh mekanisme puasa terhadap kesehatan jasmani meliputi berbagai aspek kesehatan, diantaranya yaitu :
  • Memberikan kesempatan bagi alat pencernaan untuk beristirahat.
  • Membebaskan tubuh dari racun, kotoran, dan ampas yang merusak kesehatan.
  • Memblokir makanan untuk bakteri, virus, dan sel kanker sehingga kuman-kuman tersebut tidak bisa bertahan hidup.
  • Menambah jumlah sel darah putih dan meningkatkan daya tahan tubuh. Pada minggu pertama puasa belum ditemukan pertumbuhan sel darah putih. Namun, mulai hari ketujuh (minggu kedua), penambahan sel darah putih pesat sekali. Darah putih merupakan unsur utama dalam sistem pertahanan tubuh.
  • Menyeimbangkan kadar asam dan basa dalam tubuh.
  • Memperbaiki fungsi hormon yang diperlukan dalam berbagai proses fisiologis dan biokimia tubuh. Hormon dikeluarkan oleh kelenjar endokrin dan hipofisis sebagai reaksi tubuh terhadap berbagai tekanan dan stres lingkungan. Kekurangan atau kelebihan produksi hormon tertentu akan berdampak buruk pada kesehatan tubuh. Misal ketika mengalami stres, hormon insulin dan adrenalin yang mengatur waktu lapar terganggu sehingga nafsu makan hilang atau bahkan datang lebih cepat. Kekurangan produksi hormon insulin berakibat munculnya penyakit diabetes, sedangkan bila berlebihan tubuh akan menderita hiperglikemia. Pada saat puasa orang akan bersabar dan berusaha menahan amarah dan senantiasa pasrah pada Tuhan. Hal itu akan membuat fungsi hormon berjalan normal sehingga irama hidup lebih harmonis.
  • Meremajakan sel-sel tubuh. Ketika kita berpuasa, organ tubuh berada pada posisi rileks, sehingga mempunyai kesempatan untuk memperbarui sel-selnya.
  • Meningkatkan fungsi organ tubuh. Puasa akan memberikan rangsangan terhadap seluruh sel, jaringan, dan organ tubuh. Efek rangsangan ini akan menghasilkan, memulihkan, dan meningkatkan fungsi organ sesuai fungsi fisiologisnya, misalnya panca indra menjadi lebih tajam.
  • Puasa meningkatkan fungsi organ reproduksi. Hal ini terkait dengan peremajaan sel-sel yang berpengaruh pada sel-sel urogenitalis dan alat-alat reproduksi lainnya. Hormon yang berkaitan dengan masalah perilaku seksual tidak hanya dihasilkan oleh organ indung telur (estrogen) dan testis (testosteron), tetapi juga oleh kelenjar hipofisis.
Disunahkan agar berbuka puasa diawali dengan makan buah kurma, atau dengan buah-buahan dan minuman yang manis seperti madu. Ajaran ini mengandung makna kesehatan karena buah-buahan dan minuman yang manis merupakan bahan bakar siap pakai yang dapat segera diserap oleh tubuh untuk memulihkan tenaga setelah seharian tubuh tidak disuplai oleh makanan dan minuman. Glukosa yang terkandung di dalam buah-buahan dan minuman yang manis merupakan sumber energi utama bagi sel-sel tubuh. Glukosa efektif dibutuhkan ketika tubuh memerlukan masukan energi yang diperlukannya.
Anjuran sahur bukan semata-mata untuk mendapatkan tenaga yang prima selama menunaikan ibadah puasa, melainkan juga mengandung makna bahwa puasa perlu persiapan agar selama berpuasa produktivitas kerja dan aktivitas sehari-hari tidak terganggu.

Dampak positif dari melaksanaakan puaanysa serta mamfaat-mamfaat


*****  Mamfaat-mamfaat ketika menjalankan puasa****** 

Ternyata berpuasa sangat dianjurkan baik untuk menjaga kesehatan dan bahkan juga untuk terapi penyembuhan. Puasa tidak hanya dikenal dalam Islam namun juga telah diakui dan diaplikasikan oleh orang selain Islam Sejak zaman dulu puasa dipakai sebagai pengobatan yang terbaik seperti kata Plato bahwa puasa adalah untuk mengobati sakit fisik dan mental. Philippus Paracelsus mengatakan bahwa “Fasting is the greatest remedy the physician within!".Puasa juga sudah diakui menjadi penyembuh terhebat dalam enanggulangi penyakit. Bahkan di Amerika ada pusat puasa yang diberi nama ”Fasting Center International, Inc”, yang berdiri sejak 35 tahun yang lalu, dengan pasien dari 220 negara

Puasa dalam bahasa Arab di sebut al-shaum yang berarti menahan (imsak). Sedangkan secara terminologis, puasa adalah suatu ibadah yang diperintahkan Allah kepada hamba-Nya yang beriman dengan cara mengendalikan diri dari syahwat makan, minum, dan hubungan seksual serta perbuatan-perbuatan yang merusak nilai puasa pada waktu siang hari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari (MUI DKI Jakarta, 2006: 15).
Sebenarnya apa saja pengaruh puasa bagi kesehatan kita?
Pengaruh mekanisme puasa terhadap kesehatan jasmani meliputi berbagai aspek kesehatan, diantaranya yaitu :

1. Memberikan kesempatan istirahat kepada alat pencernaan. Pada hari-hari ketika tidak sedang berpuasa, alat pencernaan di dalam tubuh bekerja keras, oleh karena itu sudah sepantasnya alat pencernaan diberi istirahat. Dengan puasa,oxigenisasi tak berkutat di perut tapi kepala. Kenapa Orang kenyang ngantuk? Karena oxigenisasi banyak di perut.

2. Membersihkan tubuh dari racun dan kotoran (detoksifikasi). Saat berpuasa, tubuh di detoks (membersihkan tubuh dari racun dan kotoran). Saat puasa seluruh cadangan makanan yang ada di tubuh dibakar. Detoksifikasi terjadi ketika makanan tak lagi memasuki tubuh dan tubuh mengubah simpanan lemak jadi energi. Proses ini melepaskan zat kimia dari asam lemak ke dalam sistem kemudian dikeluarkan lewat organ pembuangan.

Dengan puasa, berarti membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita sehingga menghasilkan enzim antioksidan yang dapat membersihkan zat-zat yang bersifat racun dan karsinogen dan mengeluarkannya dari dalam tubuh.

3. Menambah jumlah sel darah putih. Sel darah putih berfungsi untuk menangkal serangan penyakit sehingga dengan penambahan sel darah putih secara otomatis dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

4. Menyeimbangkan kadar asam dan basa dalam tubuh

5. Memperbaiki fungsi hormon

6. Meremajakan sel-sel tubuh. Hati, lambung dan organ vital istirahat pada saat puasa sehingga terjadi regenerasi dari organ dalam dan sel-sel memiliki kesempatan memperbaiki diri (peremajaan sel).

7. Meningkatkan fungsi organ tubuh

8. Menyeimbangkan saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf simpatis membuat stres plus jantung berdebar. Di sisi lain, hormon parasimpatis memperlambat denyut jantung hingga lebih tenang dan dapat mengontrol emosi.Saraf parasimpatis juga dapat mempengaruhi pengeluaran asam lambung.Niat dalam berpuasa menjadi penting, karena dengan niat di hati akan di sampaikan ke otak untuk menekan asam lambung sehingga asam lambung tidak berlebihan dan tidak menyebabkan sakit lambung.Tetapi dalam keadaan stress asam lambung akan meningkat dan menyebabkan sakit maag.

9. Mengurangi risiko stroke. Puasa dapat memperbaiki kolestrol darah yang dapat menyumbat pembuluh darah dalam bentuk atekosklorosis (pengapuran dan pengerasan pembuluh darah).

Pegaruh terhadap kesehatan mental
Dalam kehidupan modern dewasa ini banyak individu secara lahiriyah tampak sehat, terpenuhi segala macam kebutuhan material. Tetapi apabila ditelusuri lebih jauh, fakta menunjukan bahwa sebagian besar individu yang hidup di tengah-tengah masyarakat tersebut menderita penyakit mental yang cukup parah, sehingga pada stadium berikutnya akan mengerogoti ketahanan fisik.
Sebuah fakta menunjukkan, lebih dari separoh tempat tidur di semua rumah sakit di Amerika Serikat terisi oleh pasien-pasien gangguan mental, dan untuk mereka dikeluarkan dana jutaan dolar pertahunnya (Fromm, 1995:5).
Bila ibadah puasa ditelaah dan direnungkan akan banyak sekali ditemukan hikmah dan manfaat psikologisnya. Misalnya saja, bagi mereka yang senang berpikir mendalam dan merenungkan kehidupan ini, maka puasa mengandung falsafah hidup yang luhur dan mantap, dan bagi mereka yang senang mawas diri dan berusaha turut mengahayati perasaan orang lain, maka mereka akan menemukan  prinsip-prinsip hidup yang sangat berguna. Disadari atau tidak disadari, puasa akan berpengaruh positif kepada rasa (emosi), cipta (rasio), karsa (will), karya (performance), bahkan kepada ruh, jika syarat dan rukunnya dipenuhi dengan sabar dan ikhlas (Bastaman, 1995:181).
Pengetahuan tentang kesehatan mental berkembang secara luas di negara-negara maju, teratama dalam beberapa tahun terakhir ini. Di beberapa negara pembahasannya telah samapai pada tingkat mencari jalan pencegahan (preventive) agar orang tidak menderita kegelisahan dan gangguan jiwa. Meskipun sering digunakan istilah kesehatan mental, namun pengertiannya masih kabur dan kurang jelas bagi orang awam.

Pengetahuan tentang al-Islam


Bismillahirahmaanirrahiim,
Alhamdulillah. Allahumma sholi ‘alaa Muhammad wa ‘alaa ‘alii Muhammad kama sholaita ‘alaa ‘alii Ibrahim, Innaka hamidum majiid, Wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa ‘alii Muhammad kama barakta ‘alaa ‘alii Ibrahim, Innaka hamidum majiid. Amma ba’du.
I’tikaf
Kali ini pembahasannya mengenai I’tikaf. Apakah i’tikaf itu? I’tikaf definisi yang tepat adalah berdiam diri di masjid dengan maksud beribadah atau mendekatkan diri kepada Allah, yang dilakukan dengan sifat-sifat tertentu.
Rasululloh shallallahu’alaihi wa sallam sering beri’tikaf di bulan Ramadhan sebagaimana hadits yang diriwayatkan di kitab shohih:
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu :
كان النبي صلى الله عليه وسلم يعتكف في كل رمضان عشرة أيام فلما كان العام الذي قبض فيه اعتكف عشرين يوما
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam biasanya beri’tikaf selama sepuluh hari setiap bulan Ramadlan. Maka ketika di tahun wafatnya, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari” (HR. Al-Bukhari no. 2044).
أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يعتكف العشر الأواخر من رمضان حتى توفاه الله
“Bahwasannya beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadlan hingga Allah mewafatkan beliau” (HR. Al-Bukhari no. 2026 dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa).
I’tikaf adalah salah satu alaman yang disunnahkan di bulan Ramadhan ini. Sebab di dalam i’tikaf seorang hamba benar-benar bersungguh-sungguh meninggalkan dunianya untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Adapun masalah waktu, sesuai ijma’ para ulama tidak ada batasan. Rasululloh Shallallahu’alaihi wa sallam pernah i’tikaf dimulai dari setelah shalat fajar. Umar juga pernah i’tikaf hanya semalam. Tidak ada batasan. Adapun i’tikaf berakhir ketika ia membatalkan dirinya.
Apa saja yang dilakukan ketika i’tikaf?
Pertanyaan ini mungkin terlintas bagi orang yang belum pernah beri’tikaf. Tentu saja yang dilakukan ketika i’tikaf adalah bertaqarrub kepada Allah, beribadah kepada-Nya, sehingga seolah-olah hanya ada Allah dan hamba tidak ada pihak ketiga. Mengasingkan diri dari kehidupan duniawi, dengan memperbanyak dzikir, sholat, membaca Al Qur’an dan banyak-banyak menghisab diri. Menghitung dosa-dosa yang telah dilakukan dan bertaubat dari dosa-dosa besar ataupun kecil. Sehingga setelah i’tikaf diharapkan seseorang itu bersih dari dosa. Bahkan ketika i’tikaf rasululloh shallallahu’alaihi wa sallam membangun tenda untuk diri beliau, kemudian diikuti oleh istri-istri beliau, dan orang-orang lain, sampai akhirnya beliau memerintahkan untuk membongkar tenda-tenda.
Syarat beri’tikaf
1. Islam.
2. Berakal/Tamyiz.
3. Niat.
4. Tidak disyari’atkan melakukan i’tikaf selain di masjid, berdasarkan firman Allah ta’ala :

وَلاَ تُبَاشِرُوهُنّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
“Janganlah kamu campuri istri-istri kalian, sedangkan kamu dalam keadaan i’tikaf di dalam masjid” (QS. Al-Baqarah : 187)
Pembatal-pembatal i’tikaf
1. Berhubungan suami istri
Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala :
وَلاَ تُبَاشِرُوهُنّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
“Dan janganlah kalian bercampur (berjima’) dengan istri-istri kalian sedangkan kalian dalam keadaan i’tikaf di dalam masjid” (QS. Al-Baqarah : 187).
Ibnul-Mundzir berkata :
وأجمعوا على أن المعتكف ممنوع من المباشرة. وأجمعوا على أن من جامع امرأته وهو معتكف عامدًا لذلك في فرجها أنه مفسدٌ لاعتكافه
”Para ulama telah bersepakat bahwasannya seseorang yang beri’tikaf terlarang untuk bercumbu. Dan para ulama pun telah bersepakat bahwa siapa saja yang menjima’i istrinya dengan sengaja di kemaluannya dalam keadaan orang tersebut sedang ber-i’tikaf, maka i’tikafnya tersebut batal” (Kitaabul-Ijma’ oleh Ibnul-Mundzir no. 133 dan 134, tahqiq dan ta’liq : Abu ’Abdil-A’la Khalid bin Muhammad bin ’Utsman; Daarul-Atsar, Kairo, Cet. 1).
2. Keluar dari Masjid
Di antara petunjuk Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah bila beliau melakukan i’tikaf, maka beliau menyendiri di tempat i’tikafnya dan tidak masuk ke rumahnya (keluar dari masjid) kecuali karena hajat manusia yang sifatnya mendesak, seperti mandi apabila junub karena mimpi, buang hajat, dan lainnya.
عن عائشة قالت كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا اعتكف يدني إلي رأسه فأرجله وكان لا يدخل البيت إلا لحاجة الإنسان
Dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa ia berkata : “Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam apabila beliau beri’tikaf, beliau mencondongkan kepalanya dan aku menyisir rambutnya. [14] Tidaklah beliau masuk rumah kecuali karena hajat manusia” (HR. Muslim no. 297).
Ibnu Hazm berkata :
واتفقوا على أن من خرج من معتكفه في المسجد لغير حاجة ولا ضرورة ولا بر أمر به أو ندب اليه فان اعتكافه قد بطل
“Para ulama telah bersepakat bahwa sesungguhnya seseorang yang keluar dari tempat i’tikafnya di masjid tanpa ada satu keperluan, tanpa dlarurat, atau tidak karena kebaikan yang diperintahkan atau disunnahkan; maka i’tikafnya batal” (Maratibul-Ijma’ halaman 40).
Yang diperbolehkan pada saat i’tikaf
1. Keluar dari masjid untuk buang air
2. Keluar dari masjid untuk berwudu.
3. Mencondongkan badannya dari masjid keluar untuk menyisir rambut.
Tarawih
Tarawih di bulan Ramadhan sama saja artinya dengan sholat malam, sholat tahajud atau qiyamul lail. Sholat ini dilakukan setelah sholat isya’ atau setelah sholat ba’diyah Isya’, sebelum sholat witir. Sholat tarawih di bulan Ramadhan dilakukan dengan cara berjama’ah, sebagaimana sebuah hadits yang shohih.
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم خرج من جوف الليل فصلى في المسجد فصلى رجال بصلاته فأصبح الناس يتحدثون بذلك فاجتمع أكثر منهم فخرج رسول الله صلى الله عليه وسلم في الليلة الثانية فصلوا بصلاته فأصبح الناس يذكرون ذلك فكثر أهل المسجد من الليلة الثالثة فخرج فصلوا بصلاته فلما كانت الليلة الرابعة عجز المسجد عن أهله فلم يخرج إليهم رسول الله صلى الله عليه وسلم فطفق رجال منهم يقولون الصلاة فلم يخرج إليهم رسول الله صلى الله عليه وسلم حتى خرج لصلاة الفجر فلما قضى الفجر أقبل على الناس ثم تشهد فقال أما بعد فإنه لم يخف علي شأنكم الليلة ولكني خشيت أن تفرض عليكم صلاة الليل فتعجزوا عنها
“Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam keluar pada waktu tengah malam, lalu beliau shalat di masjid. Lalu shalatlah beberapa orang bersama beliau. Di pagi hari, orang-orang memperbincangkannya. Maka berkumpullah kebanyakan dari mereka. Ketika Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat di malam kedua, mereka pun shalat bersama beliau. Di pagi hari berikutnya, orang-orang memperbincangkannya kembali. Di malam ketiga, jumlah jama’ah yang ada di masjid bertambah banyak. Lalu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam keluar dan melaksanakan shalatnya. Pada malam keempat, masjid tidak mampu lagi menampung jama’ahnya, dan beliau tidak keluar melaksanakan shalat malam sebagaimana sebelumnya kecuali beliau hanya melaksanakan shalat shubuh. Ketika telah selesai melaksanakan shalat Shubuh, beliau menghadap kepada jama’ah kaum muslimin, kemudian membaca syahadat, dan bersabda : Amma ba’du, sesungguhnya keadaan kalian tidaklah samar bagiku di malam tersebut (= yaitu iman dan semangat kalian dalam beribadah), akan tetapi aku merasa khawatir (ibadah ini) akan diwajibkan kepada kalian, lalu kalian tidak sanggup melakukannya”. (HR.Al-Bukhari no. 924 dan Muslim no. 761).
Dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda ketika menekankan untuk berjama’ah ketika shalat tarawih :
إنه من قام مع الامام حتى ينصرف كتب له قيام ليلة
“Sesungguhnya barangsiapa shalat tarawih bersama imam (berjama’ah) sampai selesai, maka ditulis baginya sama dengan shalat semalam suntuk” (HR. Ibnu Abi Syaibah no. 5/226 no. 7777, Abu Dawud no. 1375, At-Tirmidzi no. 806, An-Nasa’i dalam Al-Mujtabaa no. 1364, dan lainnya; ini adalah lafadh Ibnu Abi Syaibah. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/379-380).
Berapa raka’atkah shalat tarawih?
Jumlah raka’at shalat tarawih tidak lebih dari 13 raka’at. Artinya rasululloh shallallahu’alaihi wa sallam paling banyak melakukannya 13 raka’at. Dan beliau paling sedikit melakukannya 9 raka’at sebagaimana dalil-dalil yang shohih tentang hal ini.
Adapun yang melakukan sampai 23 raka’at atau sampai 43 raka’at maka sesungguhnya hal itu ada catatan khusus. Kalau diniatkan sholat tarawih, maka hal tersebut berlebihan. Sebab rasulullah sesuai tuntunan selalu melakukannya tidak lebih dari 13 raka’at. Adapun kalau tidak diniatkan sholat tarawih, maka sesuai dengan keumuman dalil sholat sunnah, maka itu adalah sholat sunnah biasa.
Rasululloh Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya shalat sunnah itu dua dua (2 raka’at 2 raka’at)” [HR. Bukhari]
Namun ada yang berpendapat dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al Muwatha’:
Dari Yazid bin Ruman beliau berkata :
كان الناس يقومون في زمان عمر بن الخطاب في رمضان بثلاث وعشرين ركعة
“Manusia menegakkan (shalat tarawih) di bulan Ramadlan pada masa ‘Umar bin Khaththab radliyallaahu ‘anhu 23 raka’at” (Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al-Muwaththa’ no. 282).
Sanad hadits ini terputus (munqathi’) antara Ibnu Ruman dan ’Umar. Imam Al-Baihaqi berkata dalam Al-Kubraa : “Yazid bin Ruman tidak menemui masa Umar” (Nashbur-Rayah 2/154). Kesimpulannya : hadits ini lemah (dla’if).
Dari Abu Syaibah Ibrahim bin ‘Utsman dari Hakam dari Miqsam dari Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma berkata :
أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يصلي في رمضان عشرين ركعة
“Sesungguhnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam shalat di bulan Ramadlan 20 raka’at dan witir” (HR. Thabarani dalam Mu’jamul-Ausath no. 802 dan dalam Al-Mu’jamul-Kabiir 3/148/2 no. 11934).
Imam Ath-Thabarani rahimahullah berkata : “Tidak ada yang meriwayatkan hadits ini kecuali Abu Syaibah dan tidaklah diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas kecuali dengan sanad ini saja” (Al-Mu’jamul-Ausath 1/244). Dalam kitab Nashbur-Rayah (2/153) dijelaskan : “Abu Syaibah Ibrahim bin ‘Utsman adalah perawi yang lemah menurut kesepakatan, dan dia telah menyelisihi hadits yang shahih riwayat Abu Salamah, sesungguhnya beliau bertanya pada ‘Aisyah : Bagaimana shalat Rasulullah di bulan Ramadlan?. Syaikh Al-Albani rahimahullah menyatakan bahwa hadits ini palsu (maudlu’). (lihat Adl-Dla’iifah 2/35 no. 560 dan Irwaaul-Ghalil 2/191 no. 445).
Apa hukumnya sholat tarawih cepat?
Sering di lingkungan kita mendapati masjid atau mushalla shalat tarawihnya sangat cepat, bahkan di kampung saya sendiri saya sholat 11 raka’at di sebuah masjid dengan 23 raka’at di masjid yang lain. Masjid yang melakukan 23 raka’at selesai lebih dulu daripada yang 11 raka’at. Bahkan sesekali saya pernah mencoba untuk mengikuti yang 23 raka’at namun tidak sampai selesai. Saya mendapati bacaan imamnya sangat cepat bahkan untuk ruku’ dan sujud saja sangat cepat, yang setelah salam saya hanya dapati capek saja karena harus mengejar imam.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda :
لا تجزئ صلاة الرجل حتى يقيم ظهره في الركوع والسجود
“Tidak sah shalat seseorang hingga ia menegakkan (meluruskan) punggungnya ketika ruku’ dan sujud” (HR. Abu Dawud no. 855, An-Nasa’i no. 1027, At-Tirmidzi no. 265, dan Ibnu Majah no. 870; ini adalah lafadh Abu Dawud. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/241).
رأى رجلاً لا يتم ركوعه، وينقر في سجوده وهو يصلي، فقال: لو مات هذا على حاله هذه؛ مات على غير ملة محمد؛ [ينقر صلاته كما ينقر الغراب الدم]، مثل الذي لا يتم ركوعه وينقر في سجوده؛ مثل الجائع الذي يأكل التمرة والتمرتين لا يغنيان عنه شيئاً
“Beliau melihat seorang laki-laki yang tidak menyempurnakan ruku’-nya dan mematuk di dalam sujudnya ketika shalat. Kemudian beliau bersabda,”Sekiranya orang ini mati dalam keadaan seperti ini, niscaya ia mati bukan pada millah (agama) Muhammad [karena ia mematuk dalam shalatnya sebagaimana burung gagak mematuk darah]. Perumpamaan orang yang tidak menyempurnakan ruku’nya dan mematuk di dalam sujudnya seperti orang yang lapar makan satu buah kurma dan dua buah kurma yang tidak memberikan manfaat apa-apa baginya” (HR. Abu Ya’la dalam Musnad 340/1, 349/1; dan Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir 1/192/1 dengan sanad hasan. Lihat Ashlu Shifati Shalatin-Nabiyy oleh Syaikh Al-Albani halaman 642).
Maka selayaknyalah kaum muslimin tetap melaksanakan dengan khusyu’, thuma’ninah, dan sesuai dengan contoh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Bagaimana riwayat-riwayat yang shahih tentang sholat tarawih dan witir?
Tiga belas raka’at, dua raka’at-dua raka’at yang diawali dengan dua raka’at ringan.
عن زيد بن خالد الجهني أنه قال لأرمقن صلاة رسول الله صلى الله عليه وسلم الليلة فصلى ركعتين خفيفتين ثم صلى ركعتين طويلتين طويلتين طويلتين ثم صلى ركعتين وهما دون اللتين قبلهما ثم صلى ركعتين وهما دون اللتين قبلهما ثم صلى ركعتين وهما دون اللتين قبلهما ثم صلى ركعتين وهما دون اللتين قبلهما ثم أوتر فذلك ثلاث عشرة ركعة
Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani ia berkata : “Aku akan mempraktekkan shalat malam Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Beliau shalat dua raka’at ringan, lalu shalat dua raka’at yang sangat lama, demikian pula dua raka’at berikutnya dan sesudahnya. Lalu shalat dua raka’at tetapi lebih pendek dari sebelumnya, lalu shalat dua raka’at yang lebih pendek dari sebelumnya, kemudian shalat witir (tiga raka’at). Maka jumlahnya tiga belas raka’at (HR. Muslim no. 1284).
Tiga belas raka’at, delapan raka’at dilakukan dua-dua, lalu witir lima raka’at dengan duduk tasyahud di raka’at terakhir.
ان رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يرقد فإذا استيقظ تسوك ثم توضأ ثم صلى ثمان ركعات يجلس في كل ركعتين فيسلم ثم يوتر بخمس ركعات لا يجلس الا في الخامسة ولا يسلم الا في الخامسة
Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam biasa tidur malam, apabila bangun beliau bersiwak lalu berwudlu kemudian melakukan shalat delapan raka’at, salam setiap dua raka’at. Setelah itu beliau berwitir lima raka’at dengan duduk tasyahud dan salam pada raka’at yang kelima.” (HR. Muslim no. 737 dan Ahmad 6/123).
Sebelas raka’at, salam setiap dua raka’at, dan witir satu raka’at.
عن عائشة زوج النبي صلى الله عليه وسلم قالت كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصلي فيما بين أن يفرغ من صلاة العشاء وهي التي يدعو الناس العتمة إلى الفجر إحدى عشرة ركعة يسلم بين كل ركعتين ويوتر بواحدة فإذا سكت المؤذن من صلاة الفجر وتبين له الفجر وجاءه المؤذن قام فركع ركعتين خفيفتين ثم اضطجع على شقه الأيمن حتى يأتيه المؤذن للإقامة
Dari ‘Aisyah istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam ia berkata : “Biasanya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat setelah isya’ – yang oleh orang-orang dinamakan dengan shalat ‘atamah – sampai menjelang fajar sebanyak sebelas raka’at, salam pada setiap dua raka’at dan witir satu raka’at. Apabila mu’adzin telah mengumandangkan adzan fajar, dan fajar telah nampak jelas dan muadzinpun telah hadir, maka beliau shalat dua raka’at ringan (yaitu shalat sunnah fajar) kemudian berbaring di sisi badan yang kanan sehingga muadzin datang mengumandangkan iqamat” (HR. Muslim no. 736).
Sebelas raka’at, empat raka’at-empat raka’at lalu witir tiga raka’at.
عن أبي سلمة بن عبد الرحمن أنه سأل عائشة كيف كانت صلاة رسول الله صلى الله عليه وسلم في رمضان قالت ما كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يزيد في رمضان ولا في غيره على إحدى عشرة ركعة يصلي أربعا فلا تسأل عن حسنهن وطولهن ثم يصلي أربعا فلا تسأل عن حسنهن وطولهن ثم يصلي ثلاثا Dari Abu Salamah bin Abdirrahman bertanya kepada ‘Aisyah :
“Bagaimana shalat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam di bulan Ramadlan ?”. Aisyah menjawab : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam tidak pernah shalat di bulan Ramadlan maupun di bulan selainnya lebih dari sebelas raka’at. Beliau shalat empat raka’at, kamu jangan menanyakan bagus dan panjangnya. Setelah itu shalat empat raka’at dan kamu jangan menanyakan bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat (witir) tiga raka’at [22]” (HR. Al-Bukhari no. 2013 dan Muslim no. 738; ini adalah lafadh Al-Bukhari).
Sebelas raka’at, delapan raka’at dengan tasyahud, tetapi tidak salam, kemudian bangkit satu raka’at dan salam (berarti sembilan raka’at). Kemudian shalat dua raka’at dan salam.
قلت يا أم المؤمنين أنبئيني عن وتر رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالت كنا نعد له سواكه وطهوره فيبعثه الله ما شاء أن يبعثه من الليل فيتسوك ويتوضأ ويصلي تسع ركعات لا يجلس فيها إلا في الثامنة فيذكر الله ويحمده ويدعوه ثم ينهض ولا يسلم ثم يقوم فيصلي التاسعة ثم يقعد فيذكر الله ويحمده ويدعوه ثم يسلم تسليما يسمعنا ثم يصلي ركعتين بعدما يسلم وهو قاعد فتلك إحدى عشرة ركعة يا بني
Dari Sa’d bin Hisyam bin ‘Amir, ia berkata : “Wahai Ummul-Mukminin, kabarkan kepadaku tentang shalat witir Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam”. ‘Aisyah menjawab : “Kamilah yang mempersiapkan siwak dan air wudlu beliau. Bila Allah membangunkan beliau pada waktu yang dikehendaki di malam hari, beliau bersiwak dan berwudlu lantas shalat sembilan raka’at tidak duduk (tasyahud) kecuali pada raka’at kedelapan. Beliau berdzikir, memuji Allah, dan berdoa, kemudian beliau bangkit dan tidak salam meneruskan raka’at kesembilan. Kemudian beliau duduk, berdzikir, memuji Allah, dan berdoa, kemudian salam dengan satu salam yang terdengar oleh kami. Setelah itu beliau shalat dua raka’at sambil duduk. Jadi jumlahnya sebelas raka’at wahai anakku. Ketika beliau telah tua dan gemuk, beliau berwitir tujuh raka’at, kemudian dua raka’at setelahnya dilakukan seperti biasa, maka jumlahnya sembilan wahai anakku” (HR. Muslim no. 746).
Sembilan raka’at, diantaranya enam raka’at, duduk tasyahud pada raka’at keenam namun tidak salam, kemudian bangkit satu raka’at dan salam (berarti tujuh raka’at). Kemudian shalat dua raka’at dengan duduk.
Dasarnya adalah hadits yang telah disebut sebelumnya (HR. Muslim no. 746).
Bacaan Qunut Witir
Bacaan qunut yang benar sesuai hadits yang shohih adalah
اللّهُـمَّ اهْـدِنـِيْ فِـيْمَنْ هَـدَيْـت، وَعَـافِنـِيْ فِـيْمَنْ عَافَـيْت، وَتَوَلَّـنِيْ فِـيْمَنْ تَوَلَّـيْت ، وَبَارِكْ لـِيْ فِـيْمَا أَعْطَـيْت، وَقِـنِيْ شَرَّ مَا قَضَـيْت، فَإِنَّـكَ تَقْـضِيْ وَلا يُقْـضَى عَلَـيْك ، إِنَّـهُ لا يَـذِلُّ مَنْ والَـيْت، [ وَلا يَعِـزُّ مَن عَـادَيْت ]، تَبَـارَكْـتَ رَبَّـنَا وَتَعَـالَـيْت
[Alloohummah-dinii fiiman hadait, wa’aafinii fiiman ‘aafait, watawallanii fiiman tawallait, wabaariklii fiimaa a’thoit, waqinii syarro maa qodloit. Fa-innaka taqdlii walaa yuqdloo ‘alaik, innahu laa yadzillu man waalait, walaa ya’izzu man ‘aadait, tabaarokta robbanaa wata’aalait]
“Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk, berilah aku perlindungan (dari penyakit dan apa yang tidak disukai) sebagaimana orang yang telah Engkau lindungi, sayangilah aku sebagaimana orang yang telah Engkau sayangi. Berikanlah berkah terhadap apa-apa yang telah Engkau berikan kepadaku, jauhkanlah aku dari kejelekan apa yang telah Engkau telah taqdirkan. Sesungguhnya Engkau yang menjatuhkan hukum, dan tidak ada orang yang memberikan hukuman kepada-Mu. Sesungguhnya orang yang Engkau bela tidak akan terhina, dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Rabb kami yang Maha Tinggi” (HR. Abu Dawud no. 1425, At-Tirmidzi no. 464, Ibnu Majah no. 1178, An-Nasa’i dalam Al-Kubraa no. 1446, dan Ahmad no. 1/200, dan Al-Baihaqi no. 4637; shahih. Lihat Irwaaul-Ghalil 2/172).
Bolehkah Witir 2 kali dalam 1 malam?
Mengerjakan witir dua kali dalam satu malam hukumnya adalah makruh berdasarkan sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam :
لا وتران في ليلة
“Tidak ada witir dalam satu malam” (HR. Abu Dawud no. 1439, At-Tirmidzi no. 470, dan An-Nasa’i dalam Al-Kubraa no. 1392, dan yang lainnya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Abani dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/396).
Shalat witir bisa dilakukan sebelum atau sesudah tidur. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
من خاف أن لا يقوم من آخر الليل فليوتر أوله ومن طمع أن يقوم آخره فليوتر آخر الليل فإن صلاة آخر الليل مشهودة وذلك أفضل
“Barangsiapa yang merasa khawatir tidak bisa bangun pada akhir malam, maka hendaklah ia shalat witir pada awalnya (yaitu sebelum tidur). Dan barangsiapa yang mampu bangun di akhir malam, maka hendaklah ia shalat di waktu tersebut. Sesungguhnya shalat di akhir waktu malam disaksikan (oleh para malaikat). Dan itulah yang lebih utama” (HR. Muslim no. 755).
Zakat Fitrah
Zakat Fitrah yang dibayar manusia pada bulan Ramadhan adalah berupa makanan pokok. Hukumnya adalah wajib.
hadits Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhuma :
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم فرض زكاة الفطر من رمضان على كل نفس من المسلمين
“Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah mewajibkan zakat fithri di bulan Ramadlan terhadap setiap orang dari kalangan muslimin” (HR. Muslim no. 984).
Setiap jiwa wajib membayar zakat Fitrah ini, berdasarkan hadits Abdullah bin ‘Umar radliyallaahu ‘anhuma :
فرض رسول الله صلى الله عليه وسلم زكاة الفطر صاعا من تمر أو صاعا من شعير على العبد والحر والذكر والأنثى والصغير والكبير من المسلمين
“Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah mewajibkan zakat fithri di bulan Ramadlan kepada manusia; satu sha’ tamr (kurma) atau satu sha’ gandum atas budak dan orang merdeka, laki-laki dan wanita dari kalangan umat muslimin” (HR. Al-Bukhari no. 1503 dan Muslim no. 984; ini adalah lafadh Al-Bukhari).
hadits dari Ibnu Umar radliyallaahu ‘anhuma :
أمر رسول الله صلى الله عليه وسلم بصدقة الفطر عن الصغير والكبير والحر والعبد ممن تمونون
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memerintahkan menunaikan zakat fithri untuk anak kecil, orang tua, orang merdeka, dan budak yang masuk dalam tanggungannya” (HR. Ad-Daruquthni no. 2078 dan Al-Baihaqi no. 7474 dengan sanad hasan).
Adapun kita di Indonesia, karena makanan pokok kita adalah nasi, maka berzakat dengan menggunakan beras. Adapun satu sha’ kira-kira setara dengan 2,5 kg beras. Wallahu’alam.
Yang berhak menerima zakat ini adalah orang-orang miskin, sebagaimana hadits dari Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma :
فرض رسول الله صلى الله عليه وسلم زكاة الفطر طهرة للصائم من اللغو والرفث وطعمة للمساكين
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mewajibkan zakat fithri sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan kata-kata kotor, serta menjadi makanan bagi orang-orang miskin” (HR. Abu Dawud no. 1609, Ibnu Majah no. 1827, dan Al-Hakim no. 1488. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/447 dan Irwaaul-Ghaliil 3/332 no. 843).
Adapun untuk 8 golongan itu hanya untuk zakat maal, bukan zakat fitrah. Inilah pendapat yang dipilih oleh Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ Fataawaa (25/71-78) dan muridnya Ibnul-Qayyim dalam kitabnya Zaadul-Ma’aad (2/44)
Wallahu’alam bishawab.
—sebagian diambil dari blog abul-jauzaa.blogspot.com dengan beberapa pengaturan tulisan.