Berpuasa
di bulan Ramadhan bukan hanya menahan lapar dan haus, melainkan juga nafsu.
Mengendalikan nafsu itulah yang mungkin sulit, termasuk nafsu untuk makan
makanan yang tidak baik bagi tubuh.
Di bulan penuh rahmat ini, umat
Islam berpuasa untuk menyucikan diri. Tak hanya penyucian diri dari sisi
spiritual, tetapi juga sisi fisik, yaitu membersihkan diri dari berbagai
keburukan dan segala penyakit. Untuk penyucian diri dari sisi fisik ini bisa
berarti secara harfiah, yaitu membersihkan tubuh dari bahan-bahan sisa dan
penyakit pada tubuh.
“Secara praktis, puasa memperbarui
kehidupan manusia, yaitu membuang sisa makanan yang telah lama mengendap dan
menggantikannya dengan yang baru,” kata Ahli Gizi, Marzuki Iskandar, di Akademi
Gizi binaan Kementerian Kesehatan di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dengan berpuasa tanpa makan dan
minum sejak subuh hingga maghrib, perut dan alat pencernaan beristirahat.
Meski demikian, proses metabolisme dalam tubuh tetap berjalan untuk mengolah persediaan yang masuk pada saat sahur. Proses itu bertujuan memelihara tubuh di saat berpuasa.
Meski demikian, proses metabolisme dalam tubuh tetap berjalan untuk mengolah persediaan yang masuk pada saat sahur. Proses itu bertujuan memelihara tubuh di saat berpuasa.
Marzuki, yang juga pengajar di
Akademi Gizi ini berpendapat, pengaturan makan saat berpuasa memberikan
keuntungan tersendiri. Mereka yang berpuasa hanya boleh makan atau minum di
saat berbuka pada waktu maghrib hingga saat sahur dan menjelang subuh (imsak).
Makanan yang masuk pun diatur sehingga pencernaan bisa bekerja kembali dengan baik.
Makanan yang masuk pun diatur sehingga pencernaan bisa bekerja kembali dengan baik.
Manfaat pengaturan makan di saat
berpuasa, katanya, menghasilkan pertahanan dan perlindungan tubuh. Itu
didapatkan melalui proses pembuangan makanan-makanan sisa metabolisme dalam
tubuh.
Pengaturan pola makan memberikan
nilai tambah lain, yakni membantu mengendalikan nafsu untuk mengonsumsi
makanan. Pengendalian nafsu itu sangat penting agar zat-zat yang membahayakan
tubuh dalam konsumsi makanan dapat dikendalikan.
Biasanya, kata Marzuki, kalau puasa
selalu ada keinginan untuk makan iniitu. Tetapi, itu harus ditahan. Lalu,
muncullah `lapar mata’. Apa-apa dimakan, seakan-akan pelampiasan dari lapar di
siang hari. “Saya hanya menyampaikan, berbuka puasa itu bukan `balas dendam’.
Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik,” papar Marzuki yang akrab disapa Uki.
Kolesterol baik di dalam tubuh atau
HDL (high density lipoprotein) bisa meningkat selama berpuasa. Sementara
kolesterol jahat atau LDL (low densitu lipoprotein) menurun. Dengan adanya
peningkatan HDL dan penurunan LDL, terjadi keseimbangan kolesterol dalam tubuh.
Ini bisa memperbaiki sirkulasi darah
ke arteri, nadi, otak, dan jantung. “Dari hasil penelitian membuktikan hal ini.
Karena itu, berpuasa bisa menyeimbangkan kolesterol dan baik bagi mereka yang berpenyakit hipertensi dan masalah kolesterol,” tuturnya.
Karena itu, berpuasa bisa menyeimbangkan kolesterol dan baik bagi mereka yang berpenyakit hipertensi dan masalah kolesterol,” tuturnya.
Keseimbangan kolesterol, Uki
berpendapat, bisa meminimalisasi penyumbatan pada arteri jantung
(arterosklerosis), membebaskan sumbatan di kardiovaskular lainnya, dan
menormalkan sumbatan ke otak. “Yang paling penting adalah manfaatnya dalam
mencegah terjadinya stroke.” Bagi mereka yang kegemukan, lanjutnya, berpuasa
bisa menjadi ajang untuk menurunkan berat badan ke tingkat yang normal.
Kegemukan terjadi, salah satu nya karena makanan yang tidak diproses dengan
baik di dalam tubuh dan ditimbun menjadi lemak.
Orang berpuasa memiliki metabolisme
tubuh yang lebih baik, yang mampu mengubah kelebihan lemak menjadi energi.
“Namun, ini tentu harus dibarengi dengan pola makan dan nutrisi yang sehat.”
Bagi mereka yang kurus, berpuasa sangat bermanfaat untuk meningkatkan berat
badan. Pengaturan makan dengan nutrisi yang baik dan sehat, ditambah dengan
metabolisme yang lancar, bisa memperbaiki kekurangan berat badan yang
dialaminya serta meningkatkan penerimaan oksigen secara maksimal,” jelasnya.
Tak hanya itu, gerakan shalat juga melambatkan denyut jantung, menurunkan
tekanan darah, memperbesar pembuluh nadi jantung, dan meningkatkan kelenturan
jantung,” kata Uki.