adf.ly

Jumat, 02 Maret 2012

Avira

penelitian pengujian zat makanan


PERCOBAAN 5.2  : UJI ZAT MAKANAN
TUJUAN     : Untuk mengetahui zat-zat yang terkandung dalamberbagai bahan makanan
Alat dan Bahan      :
·         tabung reaksi
·         rak tabung reaksi
·         penjepit tabung reaksi
·         gelas kimia
·         gelas ukur
·         pipet tetes
·         pembakar spiritus (busen)
·         mortar atau lumpang
·         larutan lugol
·         larutan felling A dan B atau Benedict
·         larutan Biuret (CuSo4 1% dan NaOH 10%)
·         kertas buram
·         air
·         berbagai bahan makanan ( kacang kedelai, kacang hijau, susu, pisang, tomat)
CARA KERJA       :
Membuat larutan makanan:
·         tumbuklah sampel bahan makanan yang kering dan padat dengan menggunakan mortar sampai menjadi halus.
·         Kemudian, berilah sedikit air dan aduk sehingga terbentuk semacam larutan.
·         Masukkanlah setiap satu sampel larutan bahan makanan dengan menggunakan pipet tetes ke dalam tiga tabung reaksi (A,B, dan C) yang masing-masingnya setinggi 1 cm
1.    Uji Glukosa
Bahan makanan + felling A + felling B dipanaskan menjadi oarnge atau merah bata.
2.    Uji Amilum
Bahan makanan + lugol atau yodium dikocok menjadi hitam atau kebiru-biruan.
3.    Uji protein
Bahan makanan + biuret dikocok menjadi ungu
4.    Uji lemak
Berilah satu atau dua tetes sampel larutan makanan pada kertas buram, biarkan hingga kering. Amatilah bekas tetesan sampel larutan makanan pada kertas buram.
( kertas buram menjadi transparan atau bernoda pada bekas tetesan terhadap reaksi lemak)
TABEL HASIL PENGAMATAN       :
Janis bahan makanan
Reaksi/Perubahan Warna
Noda Pada Kertas
Hasil Uji Makanan
Lemak
Lugol
Felling A dan B
Biuret
amilum
Glukosa
Protein
Kacang kedelai
hitam
Biru
Abu kehiaju-hijaun
Tidak transparan




Kacang hijau
Biru kehitaman
Hijau ketua-tuan
Hijau
Tidak transparan




Susu
coklat
Orange
Ungu
Tidak transparan




Pisang
hitam
Orange
Ungu
Transparan




tomat
coklat
Orange
biru
transparan




Catatan:
Hasil uji makanan diisi tanda (+) jika ada kandungan zat yang di uji (adanya noda transparan pada kertas buram untuk uji lemak) dan tanda (-) jika tidak ada.
Pertanyaan:
1.    Dari hasil kegitan uji makanan, bahan makanan manakah yang paling banyak kandungan zat makanannya?
Jawab: bahan makanan yang paling banyak kandungan zat makanannya yakni pisang.
2.    Bahan makanan manakah yang merupakan sumber karbohidrat?
Jawab: kacang kedelai, kacang hijau dan pisang.
3.    Bahan makanan manakah yang merupakan sumber protein?
Jawab: susu dan pisang.
4.    Bagi pekerja yang banyak menggunakan tenaga fisik, bahan makanan yang bagaimanakah yang sangat mereka perlukan?
Jawab: bahan makanan berupa kacang-kacangan karena bahan tersebut mengandung banyak amilum yang dapat menghasilkan tenaga.
5.    Pada masa pertumbuhan anak-anak, bahan makanan manakah yang sangat diperlukan?
Jawab: bahan makanan berupa susu dan pisang karena bahan tersebut mengandung protein yang mambantu pertumbuhan anak-anak.

Kamis, 01 Maret 2012

Siklus Hidup Pengembangan Sistem


Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Sistem Informasi adalah suatu sinergi antara data, mesin pengolah data (yang biasanya meliputi komputer, program aplikasi dan jaringan) dan manusia untuk menghasilkan informasi. Jadi sistem informasi bukan hanya aplikasi perangkat lunak. Sistem Informasi ada pada hampir setiap perusahaan atau instansi untuk mendukung kegiatan bisnis mereka sehari-hari. Biasanya porsi pengerjaan pengembangan sistem informasi diserahkan kepada orang-orang yang bekerja di bidang Teknologi Informasi.

Dalam membangun suatu sistem informasi (dalam hal ini lebih mengacu kepada pengertian aplikasi perangkat lunak) digunakan metode Siklus Hidup Pengembangan Sistem (System Development Life Cycle atau SDLC). SDLC terdiri dari sejumlah tahapan yang dilaksanakan secara berurutan. Secara umum tahapan dari SDLC adalah sebagai berikut:
1.      Pengumpulan data (data gathering)
Jika sudah ada sistem yang berjalan sebelumnya maka perlu dilakukan pengumpulan data dan informasi yang dihasilkan dari sistem yang ada. Pengumpulan laporan (report), cetakan (print-out), dsb baik yang sudah ada maupun yang diharapkan untuk ada pada sistem yang baru. Interview dan questionnaire terhadap orang-orang yang terlibat dalam sistem juga mungkin perlu dilakukan. Apabila sistem yang akan dikembangkan benar-benar baru (belum ada sistem informasi sebelumnya) maka pada tahapan ini pengembang bisa lebih menekankan kepada studi kelayakan dan definisi sistem.
2.      Analisa Sistem
Jika tahapan pengumpulan data dilakukan dengan melibatkan klien atau pengguna sistem informasi, maka mulai dari tahapan analisa lebih banyak dilakukan oleh pihak pengembang sendiri. Analisa terhadap sistem yang sedang berjalan dan sistem yang akan dikembangkan. Mendefinisikan objek-objek yang terlibat dalam sistem dan batasan sistem.
3.      Perancangan Sistem (design)
Merancang alir kerja (workflow) dari sistem dalam bentuk diagram alir (flowchart) atau Data Flow Diagram (DFD). Merancang basis data (database) dalam bentuk Entity Relationship Diagram (ERD) bisa juga sekalian membuat basis data secara fisik. Merancang input ouput aplikasi (interface) dan menentukan form-form dari setiap modul yang ada. Merancang arsitektur aplikasi dan jika diperlukan menentukan juga kerangka kerja (framework) aplikasi. Pada tahapan ini atau sebelumnya sudah ditentukan teknologi dan tools yang akan digunakan baik selama tahap pengembangan (development) maupun pada saat implementasi (deployment).
4.      Penulisan kode program (Coding)
Programming (desktop application) atau Scripting (web-based application) hanyalah salah satu tahapan dari siklus hidup pengembangan sistem. Tahapan ini dilakukan oleh satu atau lebih programmer. Jika tahapan analisa dan perancangan sistem telah dilakukan dengan baik, maka porsi tahapan coding tidaklah besar.
5.      Testing
Biasanya tahapan ini dilakukan oleh Quality Assurance dari pihak pengembang untuk memastikan bahwa software yang dibangun telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu metodenya bisa dengan menginput sejumlah data pada sistem baru dan membandingkan hasilnya dengan sistem lama. Apabila diperlukan maka tahapan ini bisa dibagi menjadi dua yaitu testing oleh pihak pengembang (alpha testing) dan testing oleh pihak pengguna (beta testing).
6.      Instalasi
Pada pengembangan aplikasi Client-Server, umumnya terdapat server untuk development, testing dan production. Server development berada di tempat pengembang dan dipergunakan selama pengembangan dan bisa juga setelahnya untuk perbaikan aplikasi secara terus menerus (continuous improvements). Server testing berada di tempat pengembang dan bisa juga di tempat pengguna apabila diperlukan beta testing. Setelah aplikasi dirasa siap untuk dipergunakan maka digunakanlah server production yang berada di tempat pengguna. Pada prakteknya di tempat pengembang juga bisa terdapat server production yaitu server yang memiliki spesifikasi hardware dan software yang sama dengan server di tempat pengguna. Hal ini dimaksudkan agar apabila ditemukan error atau bug pada aplikasi di tempat pengguna maka pengembang dapat mudah mencari penyebabnya pada server production mereka.
7.      Pelatihan
Pihak pengembang memberikan training bagi para pengguna program aplikasi sistem informasi ini. Apabila sebelumnya tidak dilakukan beta testing maka pada tahapan ini juga bisa dilangsungkan User Acceptance Test.
8.      Pemeliharaan
Maintenance bertujuan untuk memastikan bahwa sistem yang digunakan oleh pihak pengguna benar-benar telah stabil dan terbebas dari error dan bug. Pemeliharaan ini biasanya berkaitan dengan masa garansi yang diberikan oleh pihak pengembang sesuai dengan perjanjian dengan pihak pengguna. Lamanya waktu pemeliharaan sangat bervariasi. Namun pada umumnya sistem informasi yang kompleks membutuhkan masa pemeliharaan dari enam bulan hingga seumur hidup program aplikasi.
Secara teori inilah siklus hidup pengembangan sistem. Namun pada prakteknya hal ini tidaklah selalu mulus untuk dilaksanakan. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan sistem informasi. Terutama adalah pada faktor manusia yang terlibat. Dari pihak pengembang, kurangnya keahlian dan pengalaman bisa menyebabkan kesalahan dalam satu tahapan sehingga menyebabkan siklus ini harus diulangi dari tahapan yang salah. Bisa terjadi bahwa siklus ini dilakukan sampai berulang-ulang.

Dari pihak pengguna, idealnya perlu bersama-sama dengan pihak pengembang untuk memahami sistem informasi mulai dari awal siklus hidup pengembangan sistem. Namun yang sering terjadi pihak pengguna menyerahkan semuanya kepada pihak pengembang sehingga pada saat implementasi (testing atau training) pihak pengguna tidak menyetujui (menolak) sebagian atau seluruh rancangan dari sistem yang telah selesai dibangun oleh pihak pengembang.

Apabila perlu dilakukan revisi dan pengulangan tahapan siklus hidup pengembangan sistem tentu saja akan menambah beban biaya, tenaga dan waktu dari kedua belah pihak. Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan banyak proyek pengembangan sistem informasi gagal atau berhenti di tengah jalan.

kursi hantu

kejadian bencana sepajang saman

Ada beberapa tsunami yang paling merusak dan tercatat dalam sejarah.

1 November 1755, setelah gempa bumi kolosal menghancurkan Lisbon, Portugal dan pegunungan di Eropa, orang menyelamatkan diri dengan menggunakan perahu. Namun Tsunami akhirnya menyusul. Peristiwa mengerikan secara bersamaan tersebut membunuh lebih dari 60 ribu orang.
27 Agustus 1883, letusan gunung Krakatau memicu terjadinya tsunami yang menenggelamkan 36 ribu orang Indonesia yang berada di pulau Jawa bagian barat dan utara Sumatera. Kekuatan gelombang mendorong 600 ton blok terumbu karang menuju tepi pantai.
15 Juni 1896, gelombang setinggi 30 meter, disebabkan oleh gempa bumi menyapu pantai timur Jepang. Sebanyak 27 ribu orang menjadi korban.
1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu sebuah gempa yang terjadi di Alaska, membunuh 159 orang, kebanyakan berada di Hawaii.
9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar yang pernah dicatat oleh masa modern, Gempa di Teluk Lituya Alaska disebabkan oleh tanah longsor yang awalnya dipicu oleh gempa bumi berskala 8,3 skala richter. Gelombang sangat tinggi, tetapi karena wilayah tersebut relatif terisolasi dan kondisi geologinya unik maka tsunami tidak menyebabkan banyak kerusakan. Tapi hanya menenggelamkan satu perahu dan membunuh dua orang pelaut.
22 Mei 1960, salah satu gempa besar yang tercatat manusia terjadi di Chile sebesar 8,6 skala richter, menciptakan tsunami yang menerjang pantai Chile dalam waktu kurang dari 15 menit. Gelombang setinggi 25 meter membunuh 1500 orang di Chile dan Hawaii.
27 Maret 1964, dikenal sebagai gempa bumi Good Friday Alaska, dengan kekuatan sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan kecepatan 400 mil per jam tsunami di Valdez Inlet dengan ketinggian 67 meter, membunuh lebih dari 120 orang. Sepuluh orang yang menjadi korban di kota Crescent, di utara California, yang sempat menyaksikan gelombang setinggi 6,3 meter.
23 Agustus 1976, sebuah tsunami di barat daya Filipina membunuh 8 ribu korban gempa bumi.
17 Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala richter menyebabkan tsunami di Papua Nugini yang membunuh 2200 orang dengan sangat cepat.
26 Desember 2004, gempa kolosal dengan kekuatan 9,1 dan 9,3 skala richter mengguncang Indonesia dan membunuh 230 ribu jiwa, sebagian besar karena tsunami. Gempa tersebut dinamakan sebagai gempa Sumatera-Andaman dan tsunami yang terjadi kemudian dikenal sebagai tsunami lautan Hindia. Gelombang yang terjadi menimpa banyak belahan dunia lain, sejauh hingga Nova Scotia dan Peru.

Pristiwa letusan gunung merapi, gempa dan stunami mentawai


Pada tanggal 26 Oktober 2010 mungkin adalah hari yang paling memilukan untuk Indonesia, sebab 2 bencana alam melanda yakni Gunung Meletus dan Gempa & Tsunami di Mentawai. Mungkin banyak bertanya-tanya mengapa Indonesia yang dikenal sebagai negara yang kaya harus menerima musibah yang terjadi secara beruntun dan berulang-ulang. Mungkin itu adalah konsekuensi dari kekayaan yang kita miliki. Mengapa harus disimpulkan seperti itu ? untuk menjawabnya kita perlu menganalogikan Indonesia sebagai negara yang kaya seperti orang yang kaya raya memiliki banyak harta, kita sering mendengar orang kaya biasanya akan lebih sering mendapatkan ujian dari Allah SWT daripada orang yang kurang mampu, kemudian pada umumnya mereka akan diuji oleh Allah dengan harta yang mereka miliki pula. Jadi, jika kita bandingkan kurang lebih memiliki kesamaan dengan musibah di Indonesia, negeri kita yang kaya sering mendapatkan ujian/cobaan berupa bencana alam, dan ujian/cobaan tersebut menggunakan harta yang kita miliki juga yakni air dan tanah. Air untuk bencana Tsunami di Mentawai dan tanah (isi perut bumi) dari Gunung Merapi yang seperti kita ketahui kandungan perut bumi itu memiliki kandungan yang sangat baik bagi tanah sehingga dapat menyuburkan tanah, dengan kata lain dapat meremajakan tanah sehingga subur kembali.
Gunung Merapi
Gunung Merapi
Jenis Gunung api:
Bentuk : Stratovolcano, artinya strato berarti kerucut dan volcano berarti gunung api, sehingga kurang lebih stratovolcano dapat diartikan gunung api yang bentuknya menyerupai kerucut.
Ketinggian Puncak : 2968 m
Lintang : 7.542°S
Bujur : 110.442°E
Merapi adalah nama sebuah gunung berapi di provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta, Indonesia yang masih sangat aktif hingga saat ini. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Letaknya cukup dekat dengan Kota Yogyakarta dan masih terdapat desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700 m. Bagi masyarakat di tempat tersebut, Merapi membawa berkah material pasir, sedangkan bagi pemerintah daerah, Gunung Merapi menjadi obyekwisata bagi para wisatawan.
Gunung Merapi adalah yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah Lempeng Eurasia. Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang.” (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Gempa dan Tsunami di Mentawai
Pengertian Tsunami secara umum adalah Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti “ombak besar di pelabuhan”) adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombangtsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami. Tsunami di Mentawai, Sumatera Barat pada tanggal 26 Oktober 2010 lalu terjadi akibat gempa tektonik dengan kekuatan 7,2 SR. Skema terjadinya tsunami dapat dijelaskan dengan gambar berikut ini,
Skema Terjadinya Tsunami
Hubungan Antara Bencana Gunung Meletus dan Gempa & Tsunami di Indonesia
Ada hubungan dari kedua bencana alam diatas, hubungan tersebut terletak dari pemicu terjadinya kedua bencana alam tersebut. Lalu, apa pemicu dari kedua bencana tersebut ? pemicunya adalah gerakan tektonik lempeng. Bagaimana tektonik lempeng bisa memicunya ? untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan penjelasan yang runtut agar semua menjadi terlihat akan hubungan antara kedua bencana alam tersebut dengan gerakan tektonik lempeng. Pertama-tama akan dijelaskan apa itu tektonik lempeng.
“Teori Tektonika Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benuayang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an.
Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di bawah lapisan litosfer terdapatastenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi, terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50-100 mm/a.”
(Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Di Indonesia terdapat 2 jenis tektonik lempeng, yaitu lempeng benua (yaitu lempeng Eurasia) dan lempeng samudera (yaitu lempeng Indo-Australia). Batas kedua lempeng tersebut memanjang dari Pulau Sumatera, Pulau Jawa, kemudian sampai ke Pulau Sulawesi.
Lempeng-lempeng Tektonik Bumi
Gerakan kedua lempeng tersebut yang saling bertumbukan itulah yang menyebabkan adanya getaran yang kita kenal sebagai gempa bumi. Gerakan kedua lempeng tersebut dijelaskan melalui gambar berikut,
Ilustrasi penunjaman lempeng samudera terhadap lempeng benua
Dari gambar tersebut dijelaskan bahwa lempeng Indo-Australia yang merupakan lempeng samudera menghujam ke bawah lempeng Eurasia yang merupakan lempeng Benua, karena perbedaan massa jenis yakni massa jenis lempeng benua lebih besar daripada lempeng samudera. Dari gerakan lempeng itu terjadi banyak bentukan-bentukan di permukaan bumi, seperti berupa lipatan, patahan, dan sebagainya. Salah satu contoh lipatan yang dihasilkan dari tumbukan tersebut adalah gunung. Gunung tersebut bisa menjadi gunung api jika gerakan lempeng samudera menembus ke kantong-kantong magma yang ada di perut bumi, sehingga magma akan menerobos keluar melalui saluran-saluran hasil patahan dari gerakan lempeng.
Lempeng Eurasia (atas) dan Lempeng Indo-Australia (bawah)
Kemudian, kita menghubungkan hal tersebut dengan meningkatnya aktifitas gunung api yang ada di Indonesia. Saya memiliki pendapat tentang mengapa beberapa gunung api di Indonesia meningkat aktifitasnya hampir secara bersamaan dan melakukan erupsi dengan kekuatan yang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya, khususnya gunung Merapi. Hal tersebut berkenaan dengan penunjaman lempeng samudera (Indo-Australia) ke kantong magma yang ada di perut bumi. Jika penunjaman lempeng tersebut bisa menembus ke kantong magma yang lebih besar atau jika penunjaman tersebut mampu membuat rekahan atau retakan yang ada sebelumnya menjadi lebih besar, maka kemungkinan jumlah magma yang keluar semakin besar sehingga itulah yang menyebabkan aktifitas vulkanisme meningkat dan lebih tinggi dari yang sebelumnya. Namun, faktor lain yang Aku yakini kebenarannya adalah penunjaman tersebut membuat tekanan perut bumi semakin besar sehingga mendorong magma yang ada di perut bumi untuk keluar seperti yang diungkapkan oleh Chris Goldfinger, ahli geologi kelautan dari Oregon State University di National Geographic, Ia mengatakan bahwa Letusan gunung berapi memang bisa saja dipicu oleh perubahan tekanan akibat gempa bumi.
Dari pembahasan diatas selalu menyinggung gerakan lempeng dan diduga itulah yang memicu terjadinya rangkaian bencana alam yang ada di Indonesia. Lalu, berdasarkan apa kita mengetahui adanya gerakan lempeng di Indonesia ? tentu saja terjadinya gempa dan tsunami di Mentawai. Sebab tsunami terjadi didahului dengan gempa tektonik, yakni gempa yang terjadi akibat adanya gerakan dan gesekan antara dua lempeng sehingga menghasilkan getaran atau goncangan. Berdasarkan bencana Tsunami di Mentawai itulah kita mengetahui bahwa memang terjadi gerakan pada tektonik lempeng di Indonesia.
Sumber :
Kompas.com. 2010. Tsunami di Mentawai Setinggi 2 Meter. www.kompas.com. Diakses tanggal 31 Oktober 2010
Pangestu, Alex. 2010. Mungkinkah kejadian Merapi dan Mentawai berhubungan?. http://nationalgeographic.co.id. Diakses tanggal 31 Oktober 2010
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2010. Tektonik Lempeng. http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 31 Oktober 2010
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2010. Tsunami. http://id.wikipedia.org . Diakses tanggal 31 Oktober 2010
http://eduprisma.blog.uns.ac.id/2010/10/31/menilik-bencana-alam-di-indonesia-letusan-gunung-merapi-dan-gempa-tsunami-di-mentawai/