adf.ly

Kamis, 31 Mei 2012

mamfaat puasa bagi kesehatan


Berpuasa di bulan Ramadhan bukan hanya menahan lapar dan haus, melainkan juga nafsu. Mengendalikan nafsu itulah yang mungkin sulit, termasuk nafsu untuk makan makanan yang tidak baik bagi tubuh.
Di bulan penuh rahmat ini, umat Islam berpuasa untuk menyucikan diri. Tak hanya penyucian diri dari sisi spiritual, tetapi juga sisi fisik, yaitu membersihkan diri dari berbagai keburukan dan segala penyakit. Untuk penyucian diri dari sisi fisik ini bisa berarti secara harfiah, yaitu membersihkan tubuh dari bahan-bahan sisa dan penyakit pada tubuh.
“Secara praktis, puasa memperbarui kehidupan manusia, yaitu membuang sisa makanan yang telah lama mengendap dan menggantikannya dengan yang baru,” kata Ahli Gizi, Marzuki Iskandar, di Akademi Gizi binaan Kementerian Kesehatan di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dengan berpuasa tanpa makan dan minum sejak subuh hingga maghrib, perut dan alat pencernaan beristirahat.
Meski demikian, proses metabolisme dalam tubuh tetap berjalan untuk mengolah persediaan yang masuk pada saat sahur. Proses itu bertujuan memelihara tubuh di saat berpuasa.
Marzuki, yang juga pengajar di Akademi Gizi ini berpendapat, pengaturan makan saat berpuasa memberikan keuntungan tersendiri. Mereka yang berpuasa hanya boleh makan atau minum di saat berbuka pada waktu maghrib hingga saat sahur dan menjelang subuh (imsak).
Makanan yang masuk pun diatur sehingga pencernaan bisa bekerja kembali dengan baik.
Manfaat pengaturan makan di saat berpuasa, katanya, menghasilkan pertahanan dan perlindungan tubuh. Itu didapatkan melalui proses pembuangan makanan-makanan sisa metabolisme dalam tubuh.
Pengaturan pola makan memberikan nilai tambah lain, yakni membantu mengendalikan nafsu untuk mengonsumsi makanan. Pengendalian nafsu itu sangat penting agar zat-zat yang membahayakan tubuh dalam konsumsi makanan dapat dikendalikan.
Biasanya, kata Marzuki, kalau puasa selalu ada keinginan untuk makan iniitu. Tetapi, itu harus ditahan. Lalu, muncullah `lapar mata’. Apa-apa dimakan, seakan-akan pelampiasan dari lapar di siang hari. “Saya hanya menyampaikan, berbuka puasa itu bukan `balas dendam’. Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik,” papar Marzuki yang akrab disapa Uki.
Kolesterol baik di dalam tubuh atau HDL (high density lipoprotein) bisa meningkat selama berpuasa. Sementara kolesterol jahat atau LDL (low densitu lipoprotein) menurun. Dengan adanya peningkatan HDL dan penurunan LDL, terjadi keseimbangan kolesterol dalam tubuh.
Ini bisa memperbaiki sirkulasi darah ke arteri, nadi, otak, dan jantung. “Dari hasil penelitian membuktikan hal ini.
Karena itu, berpuasa bisa menyeimbangkan kolesterol dan baik bagi mereka yang berpenyakit hipertensi dan masalah kolesterol,” tuturnya.
Keseimbangan kolesterol, Uki berpendapat, bisa meminimalisasi penyumbatan pada arteri jantung (arterosklerosis), membebaskan sumbatan di kardiovaskular lainnya, dan menormalkan sumbatan ke otak. “Yang paling penting adalah manfaatnya dalam mencegah terjadinya stroke.” Bagi mereka yang kegemukan, lanjutnya, berpuasa bisa menjadi ajang untuk menurunkan berat badan ke tingkat yang normal. Kegemukan terjadi, salah satu nya karena makanan yang tidak diproses dengan baik di dalam tubuh dan ditimbun menjadi lemak.
Orang berpuasa memiliki metabolisme tubuh yang lebih baik, yang mampu mengubah kelebihan lemak menjadi energi. “Namun, ini tentu harus dibarengi dengan pola makan dan nutrisi yang sehat.” Bagi mereka yang kurus, berpuasa sangat bermanfaat untuk meningkatkan berat badan. Pengaturan makan dengan nutrisi yang baik dan sehat, ditambah dengan metabolisme yang lancar, bisa memperbaiki kekurangan berat badan yang dialaminya serta meningkatkan penerimaan oksigen secara maksimal,” jelasnya. Tak hanya itu, gerakan shalat juga melambatkan denyut jantung, menurunkan tekanan darah, memperbesar pembuluh nadi jantung, dan meningkatkan kelenturan jantung,” kata Uki.





Tidak ada komentar: