adf.ly

Kamis, 01 Maret 2012

kejadian tragis mentawai

Sekitar lima menit sebelum tsunami, terjadi peristiwa gempa di 78 kilometer barat daya Pagai Selatan Mentawai pada kedalaman 10 kilometer dengan kekuatan 7,8 SR pada 25 Oktober 2010 pukul 21:42 WIB.

Gempa terjadi akibat patahan antara lempeng Hindia Australia dan Eurasia. Berdasarkan data National Geographic, Maret 2010, kawasan Padang dan sekitarnya memiliki risiko tsunami tertinggi di dunia.

"Tsunami Mentawai memiliki karakteristik tersendiri. Saat gempa, sebagian orang sedang tidur karena terjadi malam hari. Mereka panik dan segera keluar rumah setelah mendengar suara gemuruh. Kejadian Tsunami memang terjadi 5-10 menit setelah gempa," ujar Dr Sutipo Purwo Nugroho, Direktur Pengurangan Risiko Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), di Jakarta, kemarin.

Akibatnya 4 kecamatan yaitu Kecamatan Sipora Selatan, Kecamatan Pagai Utara, Kecamatan Pagai Selatan dan Kecamatan Sikakap terkena dampak paling besar.

Laporan terbaru, korban meninggal 431 orang, hilang 88 orang, luka berat 271 orang dan luka ringan 142 orang. Masyarakat yang mengungsi sebanyak 14.983 orang. Di sisi lain, semua warga asing ditemukan dalam keadaan selamat.

Saat terjadi gempa, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memberikan peringatan 4 menit 46 detik setelah gempa. Sayangnya, peringatan tersebut tidak diterima masyarakat pesisir barat Pagai Utara dan Pagai Selatan.

"Sistem teknologi komunikasi disana sangat minim. Apalagi, wilayah tersebut bahkan tidak mengenal listrik. Sehingga laporan terlambat diterima oleh mereka," ungkap Sutopo.

Wilayah Indonesia secara keseluruhan dibagi tiga berdasarkan tingkat kerawanan yaitu kerawanan tinggi sebanyak 175 kabupaten, kerawanan sedang sekitar 150 kabupaten dan 95 kabupaten dengan tingkat kerawanan rendah.

Belajar dari kejadian Mentawai, Instruksi Presiden (inpres) akan dikeluarkan untuk provinsi rawan bencana agar optimal memberikan pendidikan kebencanaan dan bertanggung jawab atas keselamatan masyarakat.

Saat ini, pemerintah kabupaten Mentawai dan Provinsi Sumatera Barat telah melakukan tindakan awal tanggap darurat bersama tim Basarnas, TNI, Polri, PMI dan relawan, termasuk mengerahkan 5 speed boat dan 15 longboat.

Kementerian Kesehatan telah mengerahkan 129 orang tenaga kesehatan (termasuk 34 dokter) untuk layanan kesehatan dan bantuan uang 100 juta serta obat-obatan paket gempa.

Kementerian Sosial mengirimkan bahan makanan 5 ton, tenda pengungsi, tenda regu dan tenda keluarga. Kementerian PU mengirim bantuan berupa THD (tenda hunian darurat) mobil tangki air, unit hidran umum, WC darurat, jerigan air dan unit PAC (pengolahan air cepat).

Selain itu, Kementerian Perhubungan menyediakan KM Barau, KM Ambu-Ambu, KM Labora, KM Perintis untuk mengangkut logistik dan relawan. TNI menyediakan 2 helikopter MI 17, pesawat Hercules, KRI Gilimanuk, KRI Teluk Manado, KRI Teluk Hading, KRI Teluk Cirebon, KRI Imam Bonjol untuk memfasilitasi transportasi, distribusi logistik dan tenaga medis. Polri mengirim dua tim DVI, helikopter PUMA

Namun, masalah tetap muncul meskipun persiapan penanggulangan sudah dilakukan. Cuaca menjadi kendala misalnya. Siklon Tropis Anggrek terbentuk di tenggara kepulauan Mentawai dengan kecepatan angin sekitar 95 kilometer/jam.

"Selain angin, gelombang juga menjadi masalah karena bisa mencapai 5-10 meter. Beberapa bantuan masih terhambat di Padang," ujar Wisnu Wijaya, Direktur Kesiapsiagaan BNPB. Tambahnya, pemerintah juga terhalang sistem komunikasi di lokasi bencana karena sangat terpencil.

Meskipun begitu, pemerintah mengatakan dengan tegas bahwa pihaknya tidak akan melarang masyarakat tinggal di pesisir pantai, meskipun wilayah itu sangat rawan bencana.

Tidak ada komentar: